BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah
satu fenomena alam yang sering ditemukan adalah fenomena fluida. Fluida
diartikan sebagai suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida
mencakup zat cair dan gas karena zat cair seperti air dan zat gas
seperti udara dapat mengalir. Menurut Giles (1984:1) “Fluida adalah
zat-zat yang mampu mengalir dan yang menyesuaikan diri dengan bentuk
wadah dan tempatnya”. Zat padat seperti batu atau besi tidak dapat
mengalir sehingga tidak bisa digolongkan dalam fluida.
Air merupakan salah satu contoh zat cair. Masih ada contoh zat cair
lainnya seperti minyak pelumas, susu, dan sebagainya. Semua zat cair itu
dapat dikelompokan ke dalam fluida karena sifatnya yang dapat mengalir
dari satu tempat ke tempat yang lain.
Fenomena
fluida statis (fluida tak bergerak) berkaitan erat dengan tekanan
hidraustatis. Dalam fluida statis dipelajari hukum-hukum dasar yang
berkaitan dengan konsep tekanan hidraustatis, salah satunya adalah hukum
Pascal dan hukum Archimedes. Hukum Pascal diambil dari nama penemunya yaitu Blaise Pascal (1623-1662) yang berasal dari Perancis. Sedangkan hukum Archimedes diambil dari nama penemunya yaitu Archimedes (287-212 SM) yang berasal dari Italia. Hukum-hukum
fisika dalam fluida statis sering dimanfaatkan untuk kesejahteraan
manusia dalam kehidupannya, salah satunya adalah prinsip hukum Pascal
dan prinsip hokum Archimedes. Namun, belum banyak masyarakat yang
mengetahui hal tersebut. Oleh karena itu, diperlukan studi yang lebih
mendalam mengenai hukum Pascal dan hukum Archimedes serta penerapannya dalam kehidupan.
Balon
udara adalah salah teknologi penerbangan pertama yang memanfaatkan
Hukum Archimedes, dimana hukum tersebut menyatakan bahwa ”Suatu benda
yang terendam sebagian atau seluruhnya dalam zat cair (fluida) mendapat gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair (fluida) yang dipindahkan oleh benda itu”.
Sebagaimana
pada zat cair, pada udara juga terdapat gaya ke atas. Gaya ke atas yang
dialami benda sebanding dengan volume udara yang dipindahkan benda itu.
Menurut Munson (2003:86) ”arah gaya apung yang merupakan gaya dari
fluida terhadap benda berlawanan arah terhadap yang ditunjukkan dalam
diagram bebas”. Suatu benda akan naik ke angkasa jika beratnya kurang dari gaya angkat udara. Balon udara akan berhenti naik (melayang) jika gaya ke atas oleh udara sama dengan berat total balon udara.
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis tertarik untuk
membahas ” PRINSIP KERJA BALON UDARA ” dan menjadi judul pada makalah
ini.
1.2.Batasan Masalah
Dalam pembahsaan prinsip
kerja balon udara tentunya akan muncul beragam hal yang perlu dibahas,
untuk itu diperlukannya pembatasan masalah. Masalah yang dibahas pada
makalah ini seputar penerapan ilmu Fisika pada prinsip kerja balon udara
1.3. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan didalam makalah ini adalah bagaimana Prinsip Kerja Balon Udara.
.
1.4. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah ingin mengetahui bagaimana prinsip kerja balon udara.
1.5.Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah :
a. Penulis, sebagai pelengkap syarat mata kuliah Seminar Fisika
b. Mahasiswa dan Umum, sebagai penambah pengetahuan tentang penerapan ilmu fisika pada prinsip kerja balon udara.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1.Fluida
Fluida
diartikan sebagai suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida
mencakup zat cair dan gas karena zat cair seperti air atau zat gas
seperti udara dapat mengalir. Zat padat seperti batu dan besi tidak
dapat mengalir sehingga tidak bisa digolongkan dalam fluida. Air, minyak
pelumas, dan susu merupakan contoh zat cair. Semua zat cair itu dapat
dikelompokan ke dalam fluida karena sifatnya yang dapat mengalir dari
satu tempat ke tempat yang lain. Selain zat cair, zat gas juga termasuk
fluida. Zat gas juga dapat mengalir dari satu satu tempat ke tempat
lain. Hembusan angin merupakan contoh udara yang berpindah dari satu
tempat ke tempat lain.
Fluida
merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap hari manusia menghirupnya, meminumnya, terapung atau tenggelam di
dalamnya. Setiap hari pesawat udara terbang melaluinya dan kapal laut
mengapung di atasnya. Demikian juga kapal selam dapat mengapung atau
melayang di dalamnya. Air yang diminum dan udara yang dihirup juga
bersirkulasi di dalam tubuh manusia setiap saat meskipun sering tidak
disadari. Menurut Streeter (1996:1) “fluida adalah zat yang berubah
bentuk secara kontinu (terus – menerus) bila terkena tegangan geser,
betapapun kecilnya tegangan geser itu”.
Fluida
dibagi menjadi dua bagian yakni fluida statis (fluida diam) dan fluida
dinamis (fluida bergerak). Fluida statis ditinjau ketika fluida yang
sedang diam atau berada dalam keadaan setimbang. Fluida dinamis ditinjau
ketika fluida ketika sedang dalam keadaan bergerak). Fluida
statis erat kaitannya dengan hidraustatika dan tekanan. Hidraustatika
merupakan ilmu yang mempelajari tentang gaya maupun tekanan di dalam zat
cair yang diam. Sedangkan tekanan didefinisikan sebagai gaya normal per
satuan luas permukaan.
Fluida
juga memiliki Berat jenis yang dilambangkan dengan γ (gamma) dan
gravitasi jenis, menurut Munson (2003:15) “berat jenis dari sebuah
fluida, dilambangkan dengan γ (gamma), didefinisikan sebagai berat
fluida persatuan volume”. Berat jenis berhubungan dengan kerapatan
melalui persamaan :
Gravitas
jenis sebuah fluida dilambangkan dengan SG. Menurut Munson (2003:15)”
gravitasi jenis sebuah fluida didefinisikan sebagai perbandingan
kerapatan fluida tersebut dengan kerapatan air pada sebuah temperatur
tertentu”.
2.2.Hukum Archimedes
Gaya
apung terjadi karena makin dalam zat cair, makin besar tekanan
hidrostatiknya. Hal ini menyebabkan tekanan pada bagian bawah benda
lebih besar daripada tekanan ada bagian atasnya. Gaya apung muncul
karena selisih antar gaya hidrostatik pada permukaan benda atas dan
bawah. Fluida melakukan tekanan hidrostatik p1=ρfgh1 pada bagian atas benda. Gaya yang berhubungan dengan tekanan ini adalah F1=p1A =ρfgh1A berarah ke bawah. Dengan cara yang sama, pada permukaan bagian bawah diperoleh F2=p2A =rfgh2 A berarah ke atas.
Resultan kedua gaya ini adalah gaya apung Fa, yakni :
Fa = F2 – F1
= ρfgA(h2 - h1)
= ρfgAh
= ρfgVb = mf g = wf
Berdasarkan
persamaan di atas, dikatakan bahwa gaya apung pada benda sama dengan
berat fluida yang dipindahkan. Hal ini dikemukakan oleh Archimedes dalam
hukumnya yang menyatakan Ketika
sebuah benda tercelup seluruhnya atau sebagian di dalam zat cair, zat
cair akan memberikan gaya ke atas (gaya apung) pada benda, di mana
besarnya gaya ke atas (gaya apung) sama dengan berat zat cair yang
dipindahkan. Menurut
Munson (2003:86) ”arah gaya apung yang merupakan gaya dari fluida
terhadap benda berlawanan arah terhadap yang ditunjukkan dalam diagram
bebas”.
2.2.1. Tenggelam
Sebuah benda yang dicelupkan ke dalam zat cair akan tenggelam jika berat benda (w) lebih besar dari gaya ke atas (Fa).
w > Fa
ρb . Vb . g > ρa .Va . g
ρb > ρa
Volume bagian benda yang tenggelam bergantung dari rapat massa zat cair (ρ)
2.2.2. Melayang
Sebuah
benda yang dicelupkan ke dalam zat cair akan melayang jika berat benda
(w) sama dengan gaya ke atas (Fa) atu benda tersebut tersebut dalam
keadaan setimbang
w = Fa
ρb .Vb . g = ρa . Va . g
ρb = ρa
Pada 2 benda atau lebih yang melayang dalam zat cair akan berlaku :
(FA)tot = Wtot
rc . g (V1+V2+V3+V4+…..) = W1 + W2 + W3 + W4 +…..
2.2.3. Terapung
Sebuah benda yang dicelupkan ke dalam zat cair akan terapung jika berat benda (w) lebih kecil dari gaya ke atas (Fa).
w = Fa
ρb . Vb . g = ρa . Va . g
ρb < ρa
Selisih antara W dan FA disebut gaya naik (Fn).
Fn = FA - W
Benda terapung tentunya dalam keadaan setimbang, sehingga berlaku :
FA = W . Vb2 . g = rb . Vb1 . g
Dengan :
FA = Gaya ke atas yang dialami oleh bagian benda yang tercelup di dalam zat cair.
Vb1 = Volume benda yang berada dipermukaan zat cair.
Vb2 = Volume benda yang tercelup di dalam zat cair.
Vb = Vb1 + Vb 2
FA’ = rc . Vb2 . g
Berat (massa) benda terapung = berat (massa) zat cair yang dipindahkan
Dari
penjelasan konsep melayang, terapung dan tenggelam yang telah
teruraikan diatas kita asumsikan balon udara merupakan benda yang berada
didalam fluida (udara) dimana medium luar balon udara adalah udara
sekitar balon udara.
2.3.Balon Udara
2.3.1. Sejarah Penemuan Balon Udara
Pada tahun 1709 di Lisbon, Bartolomeu de Gusmo berhasil membuat balon yang dapat bergerak naik di dalam suatu ruangan setelah udara di dalam balon dipanaskan. Dia juga membuat balon Passarola yang berhasil terbang dari Benteng Saint George sejauh sekitar satu kilometer.
Kemudian tahun 1766, Joseph Black berkeyakinan bahwa balon yang diisi dengan hidrogen akan mampu naik di udara. Balon udara panas adalah teknologi penerbangan pertama oleh manusia, ditemukan oleh Montgolfier bersaudara di Annonay, Perancis pada 1783. Peristiwa kebakaran pada suatu malam di benteng Gibraltar membuat Joseph berpikir akan kemungkinan pembakaran dari bara api dapat mengangkat sebuah benda. Dia percaya bahwa ada asap gas khusus yang menyebabkan hal itu terjadi. Dia menyebutnya gas tersebut adalah "Mongolfier gas".
Lewat hipotesis itu, dia membangun ruang
kotak berukuran 1 x 1 x 1,3 m dari kayu yang tipis. Lalu, sisi atasnya
ditutup dengan kain ringan. Di bagian bawah kotak, dia menyulut beberapa kertas. Ternyata, hasil pembakaran itu mengangkat balon perlahan. Hasil percobaan itu membuat mereka semakin bersemangat. Dua bersaudara itu mengumumkan pembuatan proyek besar. Yakni, balon udara raksasa yang
menampung beberapa orang. Balon itu berbentuk kain kabung dengan tiga
lapisan tipis di dalamnya. Balon tersebut mampu menampung 790 m¸ udara
dengan berat 225 kg.
2.3.2. Tipe Balon Udara
Tipe balon udara dibedakan atas dua macam yaitu:
a. Balon udara yang diisi dengan udara panas
Pada
jenis balon udara ini terdapat suatu pembakar yang berfungsi untuk
memanaskan udara dalam balon, sehingga udara dalam balon menjadi lebih
ringan dari udara luar sekitarnya.
b. Balon udara yang diisi dengan gas yang ringan
Gas yang biasanya digunakan adalah gas hidrogen dan gas helium. Gas hidrogen ringan namun mudah terbakar. Sedangkan gas helium tidak mudah terbakar.
2.3.3. Bagian Pada Balon Udara
Adapun Bagian – Bagian yang terdapat pada balon udara adalah sebagai berikut:
Balon udara secara garis besarnya mempunyai tiga bagian utama yaitu envelope, burner, dan basket.
a. Envelope
bentuknya berupa kantong berupa balon tempat udara dipanaskan. Envelope
ini biasanya terbuat dari bahan nilon dan diperkuat dengan panel-panel
yang di anyam. Karena nilon ini tidak tahan api, maka bagian bawah
envelope di lapisi dengan bahan anti api (skirt) seperti PVC.
b. Burner
merupakan alat yang berfungsi untuk memanaskan udara di dalam Envelope.
Burner di letakan di atas kepala penumpang dekat ke mulut envelope.
c. Basket atau keranjang merupakan tempat penumpang. Basket dibuat dari bahan yang ringan dan lentur.
2.4.Prinsip Kerja Balon Udara
Prinsip kerja pada balon yang diisi dengan udara panas dan balon yang diisi dengan gas ringan pada dasarnya sama, yaitu dengan membuat udara dalam balon lebih ringan atau memiliki massa jenis yang lebih kecil dari udara luar sekitar balon sehingga balon udara dapat naik (terbang). Sesuai dengan prinsip Archimedes “Gaya apung yang bekerja pada benda yang dimasukkan dalam fluida sama
dengan berat fluida yang dipindahkannya”. hal ini sejalan dengan udara
sebagai fluida dimana benda dapat terapung pada fluida , jika massa
jenisnya lebih kecil dari massa jenis fluida tersebut.
Semua
partikel udara di atmosfer ditarik oleh gaya gravitasi ke bawah. Namun
tekanan di udara menciptakan gaya ke atas yang bekerja berlawanan dengan
gravitasi. Menurut Munson
(2003:86) ”arah gaya apung yang merupakan gaya dari fluida terhadap
benda berlawanan arah terhadap yang ditunjukkan dalam diagram bebas”. Kumpulan udara membangun keseimbangan gaya gravitasi, dimana pada titik ini gravitasi tidak cukup kuat untuk menarik ke bawah sejumlah besar partikel. Tingkat tekanan ini adalah tertinggi pada permukaan bumi dimana udara pada tingkat ini dapat menahan beban di udara diatasnya, jika lebih berat berarti lebih besar gaya gravitasi ke bawah. Tapi gaya apung ini adalah lemah dibandingkan dengan gaya gravitasi, hanya sekuat berat udara yang dipindahkan oleh suatu benda. Jelas, sebagian besar benda padat apa pun akan menjadi lebih berat daripada udara yang dipindahkan, sehingga gaya apung tidak bergerak sama sekali. Gaya apung hanya dapat memindahkan hal-hal yang lebih ringan daripada udara di sekitarnya.
Untuk membuat benda mengapung di udara, maka berat balon dan muatannya harus lebih ringan dari yang ada di udara sekitarnya, yaitu dengan mengisi balon dengan udara yang tidak terlalu padat daripada udara sekitarnya, semisal dengan mengisi balon udara dengan gas hidrogen atau gas helium yang memiliki massa jenis lebih kecil dari udara (Massa jenis helium = 0,1786 Kg/m3, udara=1,29 kg/m3). Karena udara dalam balon memiliki kurang massa per unit volume daripada udara di atmosfer yang membuatnya lebih ringan sehingga gaya apung akan mengangkat balon ke atas.
Untuk Balon yang diisi dengan udara panas, prinsip yang digunakan pun sama, jika ingin mengubah kondisi udara di dalam balon, dapat dikurangi kepadatannya, sekaligus menjaga tekanan udara agar tetap sama dengan pemanasan udara secara terus-menerus. Kekuatan tekanan udara pada objek tergantung pada seberapa sering berbenturan
dengan partikel-partikel udara objek, serta gaya masing-masing
tabrakan. Kita melihat bahwa secara keseluruhan kita dapat meningkatkan
tekanan dalam dua cara:
1. Meningkatkan jumlah partikel udara sehingga ada sejumlah besar partikel berdampak atas luas permukaan tertentu.
2. Meningkatkan kecepatan partikel sehingga partikel menghantam daerah lebih sering dan setiap partikel bertabrakan dengan kekuatan yang lebih besar.
Pada
balon udara yang diisi dengan udara panas, agar balon udara dapat
terbang maka di dalam envelope dipanaskan dengan burner dengan
temperatur sekitar 100oC. Udara panas ini akan terperangkap di dalam envelope. Karena udara panas memiliki massa jenis yang lebih kecil daripada udara biasa, maka membuatnya lebih ringan sehingga balon udara pun akan bergerak naik di dorong oleh udara yang bertekanan lebih kuat.
Untuk
mendarat, udara didinginkan dengan cara mengecilkan burner. Udara yang
mulai mendingin di dalam envelope membuat balon bergerak turun.
Untuk mempercepatnya, pilot akan membuka katup parasut (parachute
valve) sehingga udara di dalam envelope lebih cepat dingin. Sedangkan
pada balon yang berisi gas ringan, terdapat kantung-kantung pasir yang diikatkan ditepian keranjang. Ketika balon udara ingin terbang tinggi, maka kantung-kantung pasir tersebut dibuang di udara, namun ketika balon udara ingin diturunkan maka gas pada balon udara dibuang.
Karena balon udara hanya bisa naik dan turun (bergerak secara vertikal) tentu kita
berpikir bagaimana cara balon udara berpindah dari satu lokasi ke
lokasi lain (bergerak secara horizontal). Pilot memanfaatkan hembusan angin untuk bergerak secara horizontal. Karena angin bertiup berbeda arahnya pada setiap ketinggian tertentu. Perbedaan arah tiupan angin inilah yang dimanfaatkan oleh pilot untuk mengendalikan balon udara dari satu lokasi ke lokasi yang diinginkan .
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Gaya yang berkerja pada balon udara
Adapun gaya – gaya yang bekerja pada balon udara adalah sebagai berikut:
a. Gaya Apung
Balon
udara akan melayang diudara apabila besarnya gaya apung sama dengan
gaya berat balon udara tersebut. Secara sistematis dapat ditulis :
Fb=Wgas + WBeban
Fb=(mgas+mbeban) . g
ρudara . V . g = (ρgas .V+mbeban).g
ρudara . V = ρgas .V+mbeban
b. Balon Naik jika
Dalam proses menaikkan balon udara, udara di dalam envelope dipanaskan dengan burner dengan temperatur sekitar 100oC sehingga menyebabkan masa jenis balon udara lebih kecil daripada massa jenis udara disekitar balon, sehingga menyebabkan balon tersebut terangkat. Secara sistematis dapat ditulis
ρudara . V > ρgas .V+mbeban
c. Balon Turun
Untuk
mendarat, udara didinginkan dengan cara mengecilkan burner. Udara yang
mulai mendingin di dalam envelope membuat balon bergerak turun.
Hal ini dikarenakan balon lebih besar dari pada masa udara disekitar
balon tersebut (udara luar). Secara sistematis dapat ditulis:
ρudara . V < ρgas .V+mbeban
BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Dari yang telah teruraikan dari bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Ø Balon udara merupakan teknologi terbang pertama yang menerapkan konsep fluida statis dengan menggunakan prinsip archimedes, dimana “Gaya apung yang bekerja pada benda yang dimasukkan dalam fluida sama dengan berat fluida yang dipindahkannya”.
a. Gaya Apung (Balon Melayang)
Balon
udara akan melayang diudara apabila besarnya gaya apung sama dengan
gaya berat balon udara tersebut. Secara sistematis dapat ditulis :
ρudara . V = ρgas .V+mbeban
b. Balon Naik
Balon udara naik apabila massa jenis balon lebih kecil daripada masa jenis udara diluar balon secara sistematis dapat ditulis
ρudara . V > ρgas .V+mbeban
c. Balon Turun
Balon Udara turun apabila massa jenis balon lebih besar daripada masa jenis udara diluar balon secara sistematis dapat ditulis
ρudara . V < ρgas .V+mbeban
4.2. Saran
Adapun
saran dari penulis pada penyusunan koloqium ini adalah semoga dapat
menambah pengetahuan tentang bagaimana penerapan ilmu fisika pada
prinsip kerja balon udara dan diharapkan adanya penyusunan koloqium
lainnya dengan menerapkan ilmu fisika didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Giles, Ranaldy V. . 1976. Mekanika Fluida dan Hidraulika. Jakarta : Erlangga
Munson, Bruce R., Dkk. 2003. Mekanika Fluida Edisi Kempat Jilid I. Jakarta : Erlangga
Streeter,Victor L. 1996.Mekanika Fluida Jilid I. Jakarta: Erlangga
White Frank M. .1986.Mekanika Fluida Jilid I. Jakarta : Erlangga
http://fisikasman1ubud.wordpress.com/2011/02/11/balon-udara/ddd/. Balon Udara. Diakses pada 16 November 2011 : 09:24
http://yepirohiman.wordpress.com/2009/05/18/contoh-makalah-fluida-hukum-archimedes/. Hukum Archimedes. Diakses pada 16 November 2011 : 09:30
1 comment
Terima kasih atas referensinya.
Posting Komentar